Pertemuan : 10

Resume : 10

Tema : kiat Menulis Cerita Fiksi

Hari / tanggal : rabu, 8 Juni 2022

Narasumber: Sudomo, S.Pt

Moderator : Sigid Purwo Nugroho

Hari ini aku kembali mengawas di lokal 24. Seperti alasanku kemarin, dekat wifi jadi aman ngawas sambil kerja yang lain. Beberapa pertanyaan siswa mengenai soal sudah terjawab melalui grup guru MAN. Masih dalam kendali panitia karena pelasanaan Penilaian Akhir Tahun (PAT) berbasis android. 

 




Seperti gambar di atas keributan kelas muncul, aku melepas pandangan dari laptop yang sedang bekerja, terusik dengan argumentasi siswa yang sedang membahas soal seperti pada gambar. Kucoba mendengarkan dengan seksama apa yang sedang dibahas siswa.

Mereka membahas bahwa soal tersebut disajikan tanpa pilihan jawaban yang benar. Mulai A, B, C, D dan E. bahkan ada yang lantang menyampaikan kepadaku selaku pengawas ruang bahwa urutan yang benar dalam penulisan daftar pustaka adalah nama pengarang. tahun.  judul. kota: nama penerbit.

Mereka secara bergantian dan nyaring menyampaikan analisinya bahwa pilihan A salah karena tidak sesuai petunjuk di atas, B juga salah karena terdapat titik koma seharusnya titik dua, C juga salah karena nama pengarang tidak dibalik atau ditukar sesuai petunjuk, D juga salah karena tidak sesuai petunjuk penulisan serta E juga salah karena diakhir adalah nama kota seharusnya nama penerbit.

Berdasarkan informasi dari beberapa guru bahasa bahwa ada jawabannya disitu, suruh anak-anak teliti kembali ujar bu Rumiati. Kusampaikanlah dengan siswa seperti yang disampaikan panitia bahwa ada aja jawabannya disitu. Anak-anak tidak puas dengan jawabanku. Ada satu orang anak yang maju kemuka menyampaikan penjelasannya. Aku yang tidak paham akhirnya menuju ruang panitia menemui Bu Rumiati kembali dan menyampaikan apa yang disampaikan siswa. Kenapa aku mau melakukan ini? Semata karena aku senang atas koreksi yang siswa lakukan dan berani menyampaikan argumentasinya didepan guru dan siswa yang lain. Setidaknya mereka berliterasi dan berani mengungkapkan pendapatnya. Terinspirasilah aku dari kejadian ini bahwa sesekali aku ingin menguji siswa dengan jawaban salah semua. Untuk menguji tingkat literasinya serta membiasakan anak menganalisis tiap jawaban agar tidak asal dalam menjawab.

Aku pun mulai dengan perlahan melanjutkan jemari ini menuliskan tentang kiat menulis fiksi. entah yang telah kutulis ini fiksi atau non fiksi. 

1.  Menentukan Ide Cerita yang Tepat

Sebelum menulis fiksi, harus memahami ide cerita terlebih dahulu. Apa yang ingin diceritakan kepada pembaca, dan pesan apa yang ingin disampaikan. Dalam menentukan ide cerita, tidak perlu terlalu muluk-muluk, dan menuliskannya hingga beribu-ribu kata.  Agar tidak membingungkan pembaca.

2.  Menggunakan Outline

Setiap penulis memiliki metode yang berbeda dalam menyusun alur. Jika menggunakan outline bias membantu alur mengalir bias digunakan.

3.  Menciptakan Karakter yang Berkesan

Hal ini penting agar cerita lebih  hidup. Setelah menentukan ide dan metode penulisannya, tips menulis fiksi yang tak boleh terlewatkan ialah tokoh dalam cerita. Peran tokoh sangat krusial dalam sebuah cerita, entah tokoh utama atau pendukung. Oleh sebab itu, menciptakan tokoh juga harus dibarengi dengan karakter yang jelas. Setiap tokoh akan mengalami gejolak batin.

4.  Merangkai Plot yang Apik

Plot adalah alur atau perjalanan cerita. Alur ini bias disusun jika Anda sudah memiliki gambaran atau outline yang jelas. Plot akan membawa ke mana arah cerita, sehingga perlu disusun dengan baik. Penyusunan plot tiap penulis juga berbeda-beda, tapi pada umumnya berupa pembuka, awal konflik, krisis, klimaks, dan penutup/kesimpulan.

Selain kreatifitas, untuk merangkai plot yang apik, seorang penulis harus membuka wawasannya. Dan yang paling penting adalah melakukan riset.

5.  Melakukan Riset yang Detail

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, riset sangat penting dalam kepenulisan, tidak hanya dalam karya ilmiah saja. Dalam fiksi, riset juga sangat penting untuk membangun kedekatan dengan tokoh, cerita dan pembaca. Bahkan, seorang penulis bias saja melakukan riset lebih lama dibanding proses menulis ceritanya.

Pak Sudomo, S.Pt, Nara sumber kita malam itu  adalah seorang sarjana peternakan yang mumpuni di bidang literasi.

Setelah menyimak biodata dan  alamat blog beliau,  di www.eigendomo.com

Sungguh Terinspirasi dan termotivasi untuk menulis.

Beliau agak lama tidak menulis fiksi karena terbentur dengan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 tahun kemarin. Menulis di blog pun lebih banyak tentang guru penggerak dan kiprah komunitas.

Berikut paparan beliau mengenai kiat menulis cerita fiksi.

Kiat Menulis Cerita Fiksi

1.  Mengapa Harus Belajar Menulis Fiksi?

Pertama, salah satu aspek yang dinilai dalam AsesmenKompetensi Minimum (AKM) adalah Literasi Teks Fiksi. Dengan belajar menulis fiksi, tentu seorang guru akan lebih mudah membuat soal latihan AKM bagi murid-muridnya.

Kedua, menulis fiksi merupakan cara asyik untuk menyembunyikan dan menyembuhkan luka. Dengan menulis fiksi, seorang guru bias menyuarakan isi hatinya melalui tokoh-tokoh yang diciptakannya.

Ketiga, cerita fiksi merupakan media pembelajaran alternatif yang menyenangkan bagi murid terutama menyangkut pengembangan karakter dan materi pengayaan.

Keempat, menulis fiksi bias menjadi tambahan poin dan koin, terutama jika dikumpulkan menjadi sebuah buku.

2.  Apa Saja Syarat Bisa Menulis Fiksi?

Pertama, komitmen dan niat kuat untuk belajar menulis fiksi, baik melalui postingan blog atau kompetisi.

Kedua, kemauan dan kemampuan melakukan riset. Lo, kok, cerita fiksi ada riset juga? Iya, dong. Tujuannya agar tulisan menjadi lebih nyata. Misalnya, menyangkut latar tempat.

Ketiga, banyak membaca cerita fiksi karya penulis lain. Hal ini akan memperkaya kosa kata dan juga menemukan gaya menulis.

Keempat, mempelajari KBBI dan PUEBI agar cerita yang ditulis sesuai kaidah kebahasaan.

Kelima, memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi.

3.  Apa Saja Unsur-unsur Pembangun Cerita Fiksi?

Pertama, tema yang merupakan ide pokok cerita. Kiat menemukan tema adalah yang paling dekat dengan kita. Bisa saja keluarga atau sekolah. Selain itu, pilih tema yang paling disukai dan kuasai. Hal ini akan memudahkan dalam menyelesaikan cerita.

Kedua, premis yang merupakan ringkasan cerita dalam satu kalimat. Unsur-unsurnya terdiri dari karakter, tujuan tokoh, halangan/rintangan, dan resolusi. Contoh: Seorang penyihir muda berjuang melawan penyihir jahat yang akan menguasai dunia. Contoh tersebut adalah premis dari novel Harry Potter.

Ketiga, alur/plot yang merupakan struktur rangkaian kejadian dalam cerita. Terdiri dari pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik/klimaks, dan ending.

Keempat, penokohan yang merupakan penjelasan selangkah demi selangkah detail karakter dalam cerita. Bisa digambarkan secara langsung, fisik dan perilaku tokoh, lingkungan, tata bahasa tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lain.

Kelima, latar/setting yang merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana.

Keenam, sudut pandang yang merupakan cara penulis menempatkan diri. Penggunaan sudut pandang dalam menulis cerita fiksi harus konsisten.

4.  Bagaimana Kita Menulis Cerita Fiksi

Pertama, niat untuk memulai dan menyelesaikan cerita fiksi. Permasalahan yang dihadapi oleh penulis adalah mengalami kebuntuan ide menyelesaikan tulisan fiksi.

Kedua, perbanyak membaca cerita fiksi karya orang lain untuk menambah referensi berupa ide/gagasan/tema, teknik menulis, pemilihan kata, dan gaya penulisan.

Ketiga, terkait ide dan genre. Catat segera ide cerita yang terlintas di kepala agar ide tidak hilang begitu saja. Pilih genre yang disukai dan kuasai.

Keempat, outline/kerangka karangan. Kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur

a.  Pembangun cerita fiksi

b.  Menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi kita

c.  Membuat premis sesuai tema

d.  Menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya

e.  Menentukan penokohan kuat berdasarkan  jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik

f.   Menentukan latar/setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detail

g.  Memilih sudut pandang penceritaan yang unik

Kelima, mulailah menulis.

    Membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan, kata unik, konflik)

a.  Melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan  baik dengan cara memaparkan secara jelas kepada pembaca

b.  Menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh

c.  Menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi

d.  Memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas

e.  Memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi)

f.   Membuat ending yang baik

Keenam, lakukan swasunting.

a.  lakukan setelah selesai menulis;

b.  Jangan menulis sambil mengedit;

c.  Memfokuskan penyuntingan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan penulisan, ejaan, dan logika cerita;

d.  Usahakan menempatkan diri pada posisi sebagai penyunting agar tega menyunting tulisan sendiri;

e.  Jangan lupa menyiapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Ada beberapa informasi yang menarik dari tanyajawab

1.  Yang perlu disiapkan selain outline adalah melakukan riset. Riset bias dilakukan melalui literature terkait atau wawancara. Tujuannya agar apa yang kita tulisitu sesuai, terutama menyangkut kedaerahan. Khusus dalam menulis cerita rakyat, bias saja langsung berkreasi dengan ide pokok. Tenang saja meskipun sudah banyak ditulis, tetapi setiap penulis memiliki gaya khasnya. Selain itu, cerita rakyat belum tentu kebenarannya. Penulis pun bias melakukan dekonstruksi.

2.  Dalam penulisan novel jika berdasarkan kehidupan nyata menurut saya perlu meminta izin. Hal ini selain terkait etika juga menyangkut royalty jika dikomersialkan. Namun, hal ini tidak mutlak.

3.  Motivasi menulis cerita rakyat karena memang saya menyukainya. Saat ini di berbagai daerah masih banyak cerita yang masih berupa lisan. Dengan menjadikannya tulisan, setidaknya cerita tersebut akan abadi;

4.  Menentukan subbab biar mudah harus berawal dari outline/kerangka. Subbab dibuat berdasarkan alur.

5.  Menulis novel Alhamdulillah sudah ada dalam bentuk buku. Ada novel dewasa muda dan anak-anak juga. Tipsnya, yaitu membuat outline/kerangka cerita dengan detail. Cara menghidupkan tokoh bias dilakukan dengan cara mengembangkan karakter tokoh. Penggambaran karakter tokoh sebagai mungkin menggunakan teknik show don't tell. Maksudnya saat tokoh sedang sedih, jangan  hanya menuliskan "Wati sedang sedih", tetap itu liskan gambaran kesedihan yang dirasakan oleh Wati.

6.  Pilih tema yang dekat dengan pembaca, secara logika maupun penalaran.

Dalam penulisan fiksi, ada banyak sekali ide yang kemudian bisa dikembangkan sebagai tema sebuah cerita. Tema tentang cinta, tema tentang perjuangan, tema tentang pengorbanan dan tema tentang peperangan, adalah beberapa tema yang cukup sering diangkat dalam penulisan. Namun sebenarnya, ada lebih banyak lagi tema yang bias diambil oleh seorang penulis untuk kemudian dituangkan dalam alur penceritaan.

Demikian tulisanku yang dapat kuselesaikan sekarang. semoga semangat ini terus berkobar. melawan lupa dengan menulis. melawan malas dengan terus menulis.


Palangkaraya, 10 Juni 2022

Mutiah Siti

Komentar

  1. Alhamdulillah ok Bu Muty... Siip prolognya... Semangat kebersamaan ya..

    BalasHapus

Posting Komentar