Pertemuan : 7
Resume : 7
Hari / Tanggal : Rabu, 1 Juni 2022
Tema : mengatasi Writer’s Block
Pemateri : Ditta Widta Utami, S.Pd, Gr
Moderator : Lely Suryani
Menjadi seorang guru pamong dalam kegiatan PPG guru Madrasah
tahun 2022 menjadi pengalaman pertama ku. Berbagai pertanyaan berkecamuk
dikepala. Perkiraanku nanti akan di bimtek atau dilatih seperti apa peran guru
pamong nantinya. Ternyata guru pamong langsung terjun pada kegiatan
peerteaching mahasiswa PPG Daljab.
Untuk menjawab berbagai pertanyaan tadi, kuberanikan diri
menghubungi dosen pengampu pada kelompok yang akan kudampingi. Alhamdulillah
beliau sangat terbuka dalam membimbing dan mengarahkan bagaimana peran ku
nanti. Komunikasi kami melalui pesan wa. Beliau mengirim berbagai sumber
informasi terkait penilaian yang akan dilakukan dalam peerteaching nanti.
Guru pamong yang dilibatkan dalam PPG Daljab ini adalah guru
yang sudah bersertifikat pendidik lebih dari 5 tahun. Sehingga dianggap sebagai
guru professional yang sudah ahli dalam bidangnya karena terjun langsung ke
madrasah setiap harinya dalam mengajar di kelas.
Melihat materi yang diberikan dalam rangka mendampingi dosen
penguji melakukan penilaian kepada mahasiswa PPG daljab, aku pun sedikit
terkejut. Karena terdapat perbedaan RPP yang kudapatkan pada masaku dengan masa
sekarang. Semangatku belajar mucul manakala tuntutan sebagai guru pamong adalah
aku dianggap professional karena sudah lebih 5 tahun menyandang gelar sebagai
guru professional melalui sertifikat pendidik yang kuterima pada tahun 2012.
Ada tantangan baru kali ini. Yaitu pentingnya penyesuaian
diri dengan masa sekarang dalam hal
pembuatan rencana persiapan pembelajaran. Aku sangat tertarik dan semakin
membuatku penasaran setelah aku masuk lebih jauh ke dalam materi yang diberikan
dosen tadi. Karena harus cepat mempelajarinya maka aku pun tak sempat berguru,
dengan membaca dan memahami sendiri maka siap lah aku menjadi guru pamong.
Aku berharap, jika suatu saat ada kesempatan secara mandiri
maupun tidak untuk duduk Kembali mengupgrade wawasan dan pengetahuan tentang
keprofesianku sebagai guru, aku bertekad untuk siap mengikutinya dengan biaya
berapapaun, karena kusadari jauh sekali diri ini dari perkembangan informasi
seputar dunia Pendidikan sekarang. Aku terlena dengan keadaan atau zona nyaman
sekarang sehingga aku merasa ilmu yang kudapatkan sudah melebihi cukup,
terbukti tunjangan lancar dan tidak mengalami kendala.
Mengikuti BM 25 ini adalah salah satu wujud ku meningkatkan
profesionalitas, merubah keadaan dari tidak suka menulis dengan belajar menulis
hingga nantinya mahir dan melahirkan karya-karya tulisan seorang guru. Kujalani
dengan semangat dan berbagai halangan tetapi tidak pernah menyurutkan semangat
itu.
Tetapi menulis hanya
Sebagian kecil saja yang harus kukuasai sebagai seorang guru, aku juga harus
dapat beradaptasi dengan perkembangan Pendidikan sekarang misalnya menerapkan
pembelajaran yang mendidik dengan pendekatan Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) berbasis
Platform revolusi industry 4.0 dan problem based learning serta perkembangan
pola Pendidikan abad 21 sekarang yang aku tidak sempat mengikutinya.
Kembali mengikuti
materi malam ini dengan tema mengatasi
write’s block sangat asik. Tema ini asing dan aku penasaran sehingga dalam
mobil pun saat menjemput anak pulang dari pesantren aku tak ingin berbagi hp
dengan anakku karena aku terbawa emosi mengikuti materinya.
Apakah writers Blok itu?
Wikipedia mengartikan writer's block sebagai keadaan saat
penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk
tulisannya. Sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari
biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis merupakan sebagian dari
tanda-tanda kita terserang WB (writer's block).
Keadaan ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional. Karena
writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi
menulis.
Berapa lama WB bisa terjadi?
Jawabannya tergantung seberapa cepat seorang penulis mampu
mengatasi kondisi WB tersebut.
Dengan kata lain, WB bisa terjadi dalam hitungan menit, jam,
hari, bulan, bahkan bertahun-tahun.
Pertanyaannya, mau sampai kapan kita biarkan WB ini
berlangsung?
Agar bisa mengatasi writer's block, langkah pertama yang
harus kita lakukan adalah mengetahui penyebabnya.
Lalu, apa saja penyebab writer's block?
-
Mencoba metode / topik baru dalam menulis
Seperti tantangan di awal masuk materi
malam ini. Peserta belajar menulis ditantang
oleh pemateri untuk menulis dalam waktu 10 menit sebanyak satu paragraf
minimal 15 kalimat yang berisi tentang satu sila Pancasila.
berikut jawaban atas tantangan pemateri:
Nama: Siti Mutiah
Kota: PALANGKARAYA
Gelombang:25
Tinggal dilingkungan mayoritas non muslim tak pernah membuatku patah semangat menjalani hidup dan kehidupan. Terasa harmonis dan biasa saja, bagimu agamamu bagiku agamaku itulah prinsip yang aku jalankan. Suara azan bahkan tak terdengar, hanya mengandalkan hp atau televisi untuk ku menentukan waktu shalat atau berbuka puasa. Semua patut disyukuri karena disini moderasi beragama sangat indah dan dijunjung tinggi. Sebagaimana sila pertama dalam Pancasila yaitu ketuhanan yang maha esa, warga disini menjalankan keyakinan masing2 tanpa mengganggu keyakinan yg berbeda. Itulah Indonesia.
Bagi
yang mengetahui sejarah hari lahirnya Pancasila, mungkin tak kan mengalami
kesulitan dalam menulis. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang merasa bahwa
ini adalah "topik baru" dalam bahan tulisan mereka?
Maka, WB bisa saja datang kepada
orang-orang yang masih asing dengan topik tulisannya.
Tapi, jika kemudian kita teguhkan komitmen,
lalu mencari bahan bacaan tambahan, maka WB yang terbentuk bisa segera kita
hancurkan.
Tak hanya topik baru, metode baru dalam
menulis pun bisa membuat kita terserang WB.
Misal jika kita terbiasa menulis karya
tulis ilmiah. Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode
penulisan yang berbeda.
Bagi yang belum terbiasa, tentu akan
mengalami kesulitan saat harus menulisnya.
Pada kasus ini, mempelajari teknik dan
banyak berlatih menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB.
-
Setres
Dalam sebuah jurnal berjudul "Stres
dan Solusinya dalam Perspektif Psikologi dan Islam" yang ditulis oleh
Admin Admin dan Himma (2019) disebutkan bahwa stres adalah respon tubuh yang
diakibatkan karena adanya tuntutan dari luar diri individu yang melebihi
kemampuan dalam memenuhi tuntutan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah
tersebut.
-
Lelah fiisk/ mental
Misal kita dituntut menyelesaikan tulisan
untuk segera dikirim. Ketika stres, bisa jadi kita malah kehilangan inspirasi
untuk melanjutkan menulis.
Meski stres dan lelah fisik bisa
menyebabkan WB, sesungguhnya menulis pun bisa dijadikan salah satu cara healing
terbaik. Caranya? Dengan metode jurnal meditasi, yaitu menulis bebas untuk
mengungkapkan apa yang sedang kita rasakan, tanpa menghakimi semua perasaan
yang kita tulis tersebut.
Buat saja tulisan ekspresif. Curhat.
Tentang segala yang dirasa, dikeluhkan (jika ada), dsb.
Jika sudah tenang, semoga kembali muncul
inspirasi untuk melanjutkan menulis
-
Terlalu perfeksionis
Nah untuk membahas penyebab WB keempat, pemateri
mengajak peserta BM 25 untuk mengunjungi
tulisan nya terlebih dahulu.
Emosi saat Menerima SK PPPK : Sebuah Memoar
Klik 👇🏻
aku pun bertanya, apa hubungannya tulisan
tentang PPPK dengan materi sekarang?
ternyata di Kompasiana serta beberapa blog
lainnya terkadang muncul keterangan jumlah pengunjung dan atau yang membaca
artikel tersebut.
Tentu ada banyak tangan dari orang-orang
yang berbaik hati turut membagikan link tulisan itu sehingga jangkauannya
meluas
Pemateri mengatakan senang. Tentu. Tapi ...
hal-hal seperti ini bisa jadi boomerang bagi penulis dan menjadi penyebab WB. Mengapa? Karena Ketika kita "sukses" menulis,
katakanlah banyak dibaca orang. Atau buku kita jadi best seller. Setelahnya
kita mungkin akan berpikir bagaimana caranya agar tulisan kita bisa menarik
banyak pembaca lagi? Bagaimana agar tulisan kita banyak dikomentari lagi?
Bagaimana agar tulisan kita menjadi "sempurna".
Ketika hal ini terjadi, ada dua
kemungkinan:
1.
Penulis tetap melaju dengan tulisannya
atau
2. Penulis terserang WB dan mulai tersendat
sendat menulisnya
Ingin menghasilkan yang terbaik itu perlu.
Tapi, bila terlalu perfeksionis kita harus mampu mengerem diri. Bukankah segala
sesuatu yg berlebih itu kurang baik?
Alih-alih menghasilkan tulisan, sikap yang
terlalu perfeksionis bisa jadi membuat penulis malah terserang WB. Kecepatan
menulis berkurang, ide-ide terasa hilang, sulit fokus setiap kali akan menulis,
dsb.
Menurut pemateri,secara pribadi menganggap
jumlah pembaca dan pemberi komentar itu adalah bonus. Jadi hindari lah sikap
terlalu perfeksinis dan biar tulisan kita mengalir secara alami agar terhindar
dari serangan WB.
Demikian tulisan saya hari ini semoga
semangat ini tidak pernah kendor dan dapat memberikan manfaat utuk semua
Mutiah siti
MANKORAYA
Mantap resumenya 👍 Tetap semangat Bu Mutiah💪
BalasHapusbu,,,,, palangka d mna pian
HapusSelamat fan srmangat melaju bu..menuju penulis jitu
BalasHapusaammmiinn.... masih belajar dan belajar heheh
HapusIya bunda baik, ini sy dah berkunjung, hebat banget resume nya, cerita pribadi yg bikin simPATI😍
BalasHapusterimakasih bu..... masih belajar
HapusKeren
BalasHapusSukses selalu utk menuju buku solo Bu imut
BalasHapusmasih mengumpulkan nyali bu...
Hapusmasih belajar ka...
BalasHapusResumenya mantap full bund👍
BalasHapusMasya Allah resumex bagus mantap bu
BalasHapusSemangat Bu Muty, piyan Hebat
BalasHapusMantap resumenya.... selalu semangat menulis ditengah banyak kegiatan dan kesibukan.
BalasHapus